Seri Mutiara Hadis Riyadhush Shalihin 03 – Allah Ta’ala Bergembira dengan Taubat Hamba

fikih muamalah riyadhush shalihin

Redaksi Hadis: 

وعنْ أبي حَمْزَةَ أَنَس بنِ مَالِكٍ الأَنْصَارِيِّ رضي الله عنه أَنَّ النَّبِيَّ صَلّى اللهُ عَلَيْهِ وسَلَّم قَالَ: للَّهُ أَشدُّ فَرَحاً بِتَوْبةِ عَبْدِهِ حِين يتُوبُ إِلْيهِ مِنْ أَحَدِكُمْ كَانَ عَلَى راحِلَتِهِ بِأَرْضٍ فلاةٍ، فَانْفَلَتَتْ مِنْهُ وعلَيْها طعامُهُ وشرَابُهُ فأَيِسَ مِنْهَا، فأَتَى شَجَرةً فاضْطَجَعَ في ظِلِّهَا، وقد أَيِسَ مِنْ رَاحِلتِهِ، فَبَيْنما هوَ كَذَلِكَ إِذْ هُوَ بِها قَائِمة عِنْدَهُ، فَأَخذ بِخطامِهَا ثُمَّ قَالَ مِنْ شِدَّةِ الفَرحِ: اللَّهُمَّ أَنت عبْدِي وأَنا ربُّكَ، أَخْطَأَ مِنْ شِدَّةِ الفرح. متفقٌ عليه واللفظ لمسلم

Dari Abu Hamzah Anas bin Malik al-Anshari bahwa Nabi (shallallahu ‘alaihi wa sallam) bersabda, “Allah itu lebih gembira dengan taubat hambaNya ketika ia bertaubat kepadaNya daripada gembiranya seseorang dari kalian yang ia berada di atas kendaraannya (untanya) di padang pasir, kemudian untanya itu lari darinya, sedangkan di situ ada makanan dan minumannya. Orang tadi berputus asa, lalu ia mendatangi sebuah pohon kemudian tidur berbaring di bawah naungannya, sementara hatinya sudah berputus asa dari kendaraannya tersebut. Dalam kondisinya yang demikian, tiba-tiba untanya itu muncul berdiri di sisinya, maka ia pun mengambil tali kekangnya. Oleh sebab sangat gembiranya, ia berkata: “Ya Allah, Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhan-Mu”. Ia menjadi salah ucap karena saking gembiranya. [Muttafaq ‘alaih, dan ini adalah redaksi Muslim.]

Faidah dan Penjelasan:

Hadis di atas menyebutkan bahwa Allah Ta’ala bergembira ketika seorang hamba bertaubat kepada-Nya. Namun, hal tersebut bukan karena Allah membutuhkan taubat hamba, akan tetapi karena Allah cinta terhadap sifat pemurah dan rahmat. Allah adalah Sang Maha Kaya (al-ghaniy) yang tidak membutuhkan apapun dari selain-Nya. Lain halnya dengan manusia, yang ia gembira apabila ia mendapatkan apa yang menjadi kebutuhannya, seperti pria yang dikisahkan dalam hadis, yang ia gembira karena mendapatkan kembali apa yang ia butuhkan.

Hadits ini juga merupakan dalil bahwa seseorang jika melakukan kesalahan yang tidak disengaja, maka dia tidak dihukum karenanya, meskipun berupa kekufuran. Lelaki ini mengucapkan kalimat kufur; karena ucapannya: “Engkau adalah hambaku dan aku adalah Tuhanmu” adalah kekufuran yang luar biasa. Namun, karena ia terucap akibat luapan kegembiraan, sehingga dia tidak menyadari apa yang diucapkannya, maka ia tidak terkena konsekuensi hukuman apapun. Hal tersebut berlaku secara umum terkait hak Allah, bahwa tidak ada konsekuensi apapun akibat pelanggaran yang tidak disengaja.

Lain halnya dengan hak sesama manusia, maka tetap ada konsekuensi, misalnya seseorang secara tidak sengaja merusak harta milik orang lain, maka konsekuensinya ia tetap harus mengganti harta yang dirusaknya tersebut.