Bismillah,
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam diutus oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala sebagai suri teladan (role model) untuk dijadikan contoh bagi setiap pemeluk agama Islam. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
لَّقَدْ كَانَ لَكُمْ فِى رَسُولِ ٱللَّهِ أُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَن كَانَ يَرْجُوا۟ ٱللَّهَ وَٱلْيَوْمَ ٱلْـَٔاخِرَ وَذَكَرَ ٱللَّهَ كَثِيرًا (٢١)
“Sungguh, telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari Kiamat dan yang banyak mengingat Allah.” (QS. Al-Ahzab [33] : 21)
Dengan mencontoh dan mengikuti Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam maka seorang muslim telah mengikuti jalan kebenaran. Dan dengan mengikuti jalan kebenaran ini, ia dapat menjadi solusi atas berbagai macam problematika kehidupan seorang hamba.
Dan diantara tugas utama Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam adalah menyempurnakan akhlak umat Islam. Dimana akhlak dan adab memainkan peran penting kehidupan seorang Muslim. Adab dan akhlak merupakan identitas yang tak akan pernah lekang oleh waktu, karena dengan adab dan akhlak nama baik seseorang terjaga. Dengan adab dan akhlak yang baik, seseorang bisa lebih mudah bergaul dan membangun relasi. Dengan adab dan akhlak yang baik seseorang bisa menyempurnakan berbagai bentuk amal sholeh yang telah dikerjakannya. Dan segudang manfaat lainnya dari adab dan akhlak yang baik ini. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا بُعِثْتُ لِأُتَمِّمَ صَالِحَ الأَخْلاقِ
“Tidaklah aku diutus untuk menyempurnakan akhlak yang baik.” (Al Adabul Mufrad, Imam Bukhari, no. 273)
Penjelasan ringkas di atas menjadi alasan yang kuat untuk kita, agar kita terus belajar agar mencapai kesempurnaan adab dan akhlak. Khususnya adab dan akhlak kita dalam mencari rezeki, mencari harta, baik itu dengan berniaga atau berdagang, ataupun dengan cara bekerja menjadi pegawai atau karyawan. Lalu apa adab dan akhlak yang harus kita ketahui agar dapat meraih berbagai kebaikan di dunia maupun di akhirat.
Menata Niat
Hal yang paling fundamental untuk meraih kebahagiaan di dunia dan akhirat adalah dengan meluruskan niat. Banyak di antara kita yang berfikir bahwa niat hanya terkait dengan urusan ibadah-ibadah saja, seperti kewajiban melaksanakan sholat lima waktu, mengerjakan puasa, menunaikan zakat, dan juga berhaji. Padahal niat merupakan perkara yang sangat mendasar dan bisa diamalkan pada urusan-urusan dunia, terkhusus dalam hal mencari rezeki. Karena dengan niat sesuatu yang hukum asalnya adalah mubah (boleh), dia dapat menjadi pahala atau menjadi dosa, dikembalikan kepada niat yang dimiliki ketika melakukannya.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ، وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى، فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا، فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
“Sesungguhnya setiap perbuatan itu tergantung niatnya. Dan sesungguhnya setiap orang (akan dibalas) sesuai dengan apa yang ia niatkan. Barangsiapa yang hijrahnya karena (ingin mendapatkan keridhaan) Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada (keridhaan) Allah dan Rasul-Nya. Dan siapa yang hijrahnya karena dunia yang dikehendakinya atau karena wanita yang ingin dinikahinya, maka hijrahnya (akan bernilai sebagaimana) yang ia niatkan.” (HR. Bukhari no. 1)
Banyak para ulama mengambil pelajaran dari hadits tentang niat ini. Tetapi dalam konteks perniagaan, berbisnis, dan bekerja. Dengan niat yang tulus, semua bentuk aktivitas duniawi dapat berubah menjadi ibadah. Dengan niat yang lurus, maka dia akan melahirkan keteraturan, dedikasi, dan sungguh-sungguh dalam menjaga integritas sebagai seorang Muslim apapun bidang usaha ataupun pekerjaannya.
Karena seorang Muslim paham betul atas tugas utamanya sebagai hamba Allah, sebagaimana yang Allah Subhanahu wa Ta’ala firmankan dalam al-Qur`an:
وَمَا خَلَقْتُ ٱلْجِنَّ وَٱلْإِنسَ إِلَّا لِيَعْبُدُونِ (٥٦)
“Aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan agar mereka beribadah kepada-Ku.” (QS. Adz-Dzariyat [51]:56)
Dengan meluruskan niat, seorang Muslim memahami bahwa setiap usaha dan perniagaan yang mereka lakukan tujuan utamanya adalah merealisasikan ketundukan mereka di hadapan Allah Subhanahu wa Ta’ala.
Dalam konteks Adab Niaga, seorang Muslim ketika meluruskan niat berusaha untuk merealisasikan kebaikan untuk diri mereka sendiri dan juga orang lain. Contoh merealisasikan kebaikan untuk diri sendiri adalah dengan cara memilih perniagaan dengan menjual produk-produk yang halal saja, menjauhkan diri dari sikap mengemis atau meminta-minta, berusaha untuk menjalin silaturahmi dan kekerabatan dengan wasilah rezeki hasil perniagaan. Dan banyak hal lainnya.
Contoh merealisasikan kebaikan untuk orang lain adalah berusaha menjual produk yang halal dan baik, sehingga konsumen puas dan senang dengan produk yang kita jual. Bahkan dengan menjual produk yang halal dan baik ini bisa memberikan dampak positif agar masyarakat mendapatkan produk berkualitas. Dengan perniagaan dan usaha yang kita lakukan, kita juga bisa berkontribusi untuk mengurangi angka pengangguran dan kemiskinan, karena bisa menjadi wasilah terbukanya lapangan pekerjaan. Dan semua itu adalah buah manis dari meluruskan niat dalam perniagaan yang kita lakukan.
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa Sallam bersabda:
مَنْ كَانَتِ الدُّنْيَا هَمَّهُ ، فَرَّقَ اللهُ عَلَيْهِ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ فَقْرَهُ بَيْنَ عَيْنَيْهِ ِ، وَلَمْ يَأْتِهِ مِنَ الدُّنْيَا إِلَّا مَا كُتِببَ لَهُ وَمَنْ كَانَتِ الْآخِرَةُ نِيَّـتَهُ ، جَمَعَ اللهُ أَمْرَهُ ، وَجَعَلَ غِنَاهُ فِيْ قَلْبِهِ ، وَأَتَتْهُ الدُّنْيَا وَهِيَ رَاغِمَةٌ.
“Barangsiapa tujuan hidupnya dunia, maka Allah akan mencerai beraikan urusannya, menjadikan kefakiran di kedua pelupuk matanya, dan ia tidak mendapatkan dunia kecuali menurut ketentuan yang telah ditetapkan baginya. Barangsiapa yang tujuannya adalah akhirat, Allah akan mengumpulkan urusannya, menjadikan kekayaan dihatinya, dan dunia datang dalam keadaan hina.” (HR. Ibnu Majah no. 4105)
Hadits di atas mengajarkan dan menyadarkan kita bahwa sudah sepatutnya bagi setiap niagawan dan usahawan Muslim menjadikan kebahagiaan di akhirat sebagai tujuan utamanya. Dan itu semua bisa dimulai dari meluruskan niat kita ketika melakukan perniagaan.
Wallahu a’lam
Rayk Manggala Syah Putra,
Sariwangi, Kabupaten Bandung Barat, 13 Ramadhan 1444 H / 4 April 2023.