Kehilangan orang-orang tersayang dengan begitu cepat tak pernah terbayangkan di hidup Tini Martini (37 tahun) sebelumnya. Dia telah kehilangan anak pertamanya karena sakit 10 tahun lalu. 6 tahun kemudian, suaminya meninggal karena penyakit yang jantung yang diderita. Kini hanya ada Siti Fadhillah (7 tahun) yang akrab disapa Ziah bersamanya. Ia tak mau kehilangan satu-satunya orang tersayang yang menjadi semangat hidupnya ini. Simak kisah perjuangan Bu Tini sembuhkan anaknya di bawah ini hingga tuntas.
Bu Tini hidup bersama Ziah dengan tegar. Seorang diri ia berusaha menafkahi Ziah, namun kemudian ujian lebih besar lainnya datang. Ziah didiagnosis oleh dokter dengan kanker darah, leukemia. Vonis yang seakan membuat hidup Bu Tini runtuh seketika. Untuk bisa berobat dengan layak, Ziah harus dibawa dari Sukabumi ke RS Hasan Sadikin Bandung.
Karena itulah, Bu Tini harus memutar otak memikirkan biaya pengobatan Ziah yang ternyata membutuhkan banyak. Bahkan setelah menggunakan BPJS, masih ada biaya tambahan yang belum tercover. Kebutuhan biaya tersebut meliputi biaya akomodasi selama berobat ke Bandung (tempat tinggal, makan, dan sebagainya).
Demi bertahan hidup dan membuat Ziah bisa tetap di RS untuk berobat, Bu Tini mencoba bantu jualkan air mineral botol dari warung.
“Kalau ada yang beli, Alhamdulillah. Berarti hari itu saya dan anak bisa makan. Kalau nggak ada yang beli terpaksa harus berhutang untuk makan sehari-hari bahkan nggak makan di hari itu,” ujar Bu Tini.
Penggalangan Dana untuk Sang Anak
Pertemuan Bu Tini bersama para donatur Sahabat #GemarBeramal melalui beramaljariyah.org telah memunculkan titik terang untuknya. Tepatnya pada tanggal 1 Agustus 2022, penggalangan dana untuk sang putri dimulai, dengan judul “Kuatkan Perjuangan Bu Tini, Jadi Pedagang Asongan Demi Sembuhkan Anaknya Pengidap Leukimia.”
Mendengar cerita Bu Tini bersama Ziah, 1.700 donatur Sahabat #GemarBeramal ikut berpartisipasi untuk campaign tersebut. Hingga akhirnya berhasil tersalur donasi sebesar Rp 47.861.131. Pada penyaluran pertama, sudah sempat diberikan bantuan berupa obat-obatan Ziah yang tidak ditanggung BPJS, operasional rumah sakit Ziah, santunan makan + hidup harian.
Ziah berpulang, Bu Tini harus bangkit untuk melanjutkan hidup
Hingga akhirnya kabar duka itu datang, pada 3 September 2022, Ziah menghembuskan nafas terakhirnya. Namun, kebaikan semangat #GemarBeramal dari donatur Beramal jariyah tidak terhenti begitu saja. Bersama tim yang bekerja sama, kami langsung datang ke rumah duka untuk menengok Bu Tini. Sekaligus berdiskusi terkait sisa dana terkumpul untuk almarhum Ziah sebelumnya.
Adapun hasil diskusi tersebut diputuskan donasi terkumpul disalurkan dalam bentuk bantuan untuk meringankan beban Bu Tini sekaligus kehidupannya di masa depan. Di antaranya untuk membayar hutang Bu Tini untuk membiayai Ziah berobat selama 2 tahun terakhir ke Koperasi dan DKM dekat rumahnya.
Sementara sebagian donasi lainnya disisihkan untuk modal usaha warung Bu Tini yang dibuka di depan rumahnya. Harapannya, melalui bantuan dari para donatur ini Bu Tini bisa tetap kuat untuk meneruskan hidup secara mandiri setelah mengalami kesedihan yang mendalam ini. Semoga Bu Tini bisa memiliki harapan baru meski tanpa Ziah lagi.
Mungkin, cerita hidupnya tidak akan sama seperti saat orang-orang tersayang masih ada. Namun, Bu Tini masih bisa mencoba semangat dan mensyukuri nikmat yang masih ada. Perjuangannya selama 2 tahun terakhir untuk menyembuhkan almarhumah Ziah membuat Bu Tini belajar tentang arti cinta dan ikhlas yang sesungguhnya. Kini, dia adalah sosok perempuan yang lebih kuat menjalani hidup kedepannya.