Bytaraxa, bisnis yang menjual tas sulaman handmande, didirikan pada tahun 2020 oleh Intan Faizah dan Setiya Maharani (Tiya). Berawal dari kakak dan adik kelas saat di bangku SMA, memiliki hobi yang sama membawa Intan dan Tiya dalam memulai perjalanan bisnis mereka bersama. Intan dan Tiya tidak menaruh banyak ekspektasi saat pertama kali membangun Bytaraxa, namun konsisten dan tekad yang kuat membawa bisnis mereka semakin berkembang, dikenal banyak orang, dan mendapat undangan untuk mengisi beberapa workshop untuk menyulam.
Awal Membangun Bytaraxa Sebagai Brand Craft Handmade
Intan Faizah dan Tiya saling mengenal sejak di bangku SMA, saat itu mereka dekat karena punya ketertarikan yang sama di biang fotografi. Karena punya hobi yang sama, mereka akhirnya tetap berhubungan dekat hingga lulus SMA. Hingga saat masa pandemi Covid-19 memasuki Indonesia, Intan dan Tiya turut merasakan dampak keterbatasan aktivitas yang bisa mereka lakukan. Akhirnya, untuk mengisi waktu luang dan bisa produktif di masa pandemi, Intan dan Tiya mulai melakukan hobi baru mereka yang saat itu punya ketertarikan yang sama dengan benda-benda sulam.
Intan dan Tiya mulai belajar sulam dari nol dan secara otodidak. Namun, karena suka dengan aktivitas tersebut, mereka juga sering membuat konten menyulam dan mengunggahnya di media sosial. Saat itulah mulai banyak orang yang bertanya-tanya dengan Intan dan Tiya, mulai dari apakah produk sulaman tersebut dijual, apakah bisa custom order, dan tidak sedikit yang menyampaikan ketertarikan mereka terhadap produk-produk sulam yang Intan dan Tiya buat. Karena cukup tingginya antusias pengikut di media sosial, Intan dan Tiya akhirnya melihat peluang usaha membuka brand yang menjual barang-barang sulam.
Punya Ciri Khas Tersendiri dengan Kompetitor
Membangun bisnis tentu punya kompetitor dan daya saing. Karena itu, Intan dan Tiya selalu berusaha agar brand mereka, Bytaraxa, memiliki motif sulaman yang selalu berbeda antara satu tas dan tas lainnya. Menurut mereka, dibanding produksi massal dan ready stock dengan jumlah yang besar, Intan dan Tiya lebih memilih menjual barang yang terbatas atau limited edition. Selain itu, mereka juga kerap menerima pesanan custom sesuai permintaan pelanggan. Sehingga, selain menjadi ciri khas Bytaraxa, pelanggan juga bisa menerima produk dengan sulaman yang tidak dimiliki pelanggan lainnya.
“Menyulam Senyum Puan”: Slogan Bytaraxa untuk Pelanggan
Bukan hanya berbisnis dan mendapatkan keuntungan saja, Intan dan Tiya juga membawa makna dan nilai di setiap produk mereka melalui slogan “menyulam senyum puan”. Karena pelanggan Bytaraxa sebagian besar adalah perempuan, Intan dan Tiya berharap produk sulaman mereka bisa sampai ke hati para pelanggan dengan perasaan senang dan puas. Sehingga produk-produk Bytaraxa, yang sebagian besar adalah tas yang disulam handmade, punya makna yang lebih personal ke masing-masing pelanggan.
Banyak Dampak Positif yang Dirasakan Sejak Berbisnis
Intan dan Tiya juga merasa bahwa banyak dampak yang bahkan tidak mereka duga setelah merintis Bytaraxa. Sudah berjalan selama 5 tahun, Bytaraxa yang awalnya hanya menerima pesanan sulaman, mulai dilirik banyak penyelenggara acara untuk mengisi kegiatan workshop menyulam. Mulai dari mengajar sulam di salah satu SMA untuk ekstrakulikuler crafting, mengisi workshop menyulam dalam rangka ulang tahun SMA, hingga mengisi workshop Evermos dan bertemu dengan banyak ibu-ibu dari komunitas reseller Evermos.
Partner bisnis ini juga merasa bahwa mereka tidak menyangka sampai di titik bisa mengajarkan orang lain untuk menyulam, terutama kepada para anak-anak muda yang antusias. Apalagi, sulam terkadang masih dianggap sebagai hobi yang seharusnya dilakukan oleh orang tua. Selain dampak bagi orang lain, Intan dan Tiya juga merasakan dampak positif untuk diri mereka, mulai dari improve kemampuan komunikasi, membangun branding yang baik, belajar memahami dan melayani pelanggan dengan sepenuh hati, dan kemampuan berbisnis yang terus menerus digali.
Tantangan dalam Mengelola Bytaraxa
Lika-liku berjualan tentu juga dirasakan oleh Intan dan Tiya. Bytaraxa sengaja didirikan bukan untuk pekerjaan utama, melainkan sebagai sampingan. Adapun saat ini Intan berprofesi sebagai pengajar SD di Probolinggo, sedangkan Tiya bekerja di brand aksesoris yang berlokasi di Banyuwangi. Karena Bytaraxa bukanlah pekerjaan utama mereka, sehingga konsisten jadi salah satu tantangan terbesar. Mulai dari konsisten membuat konten, konsisten menyulam, sampai konsisten mempromosikan Bytaraxa ke lebih banyak pelanggan. Apalagi, jarak yang terpisah jauh dan kesibukan masing-masing juga membuat Intan dan Tiya sulit berkomunikasi secara aktif untuk membahas tentang bisnis mereka.
Memahami Satu Sama Lain Jadi Salah Satu Solusinya
Meskipun kerap menghadapi tantangan, namun Intan dan Tiya tetap berhasil mempertahankan Bytaraxa hingga berjalan lima tahun pada 2025 ini. Bagi beberapa orang, berbisnis dengan teman adalah tantangan yang cukup sulit. Bahkan, tidak sedikit yang bisa bertahan lama hingga bertahun-tahun lamanya. Namun, bagi Intan dan Tiya tidak ada masalah selagi mereka bisa saling memahami dan mengerti kondisi satu sama lain. Karena itulah, mereka kerap meluangkan waktu untuk berdikusi perihal bisnis pada malam hari sepulang kerja. Mulai dari membahas ide bisnis, strategi, dan pembagian tugas dalam memproses pesanan pelanggan.
Harapan Panjang untuk Punya Toko Offline dan Studio Sulam
Ada beberapa harapan yang Intan dan Tiya inginkan untuk Bytaraxa. Pastinya, mereka ingin Bytaraxa bisa semakin dikenal luas oleh banyak orang. Sehingga, orang-orang juga bisa lebih aware dan menghargai benda-benda handmade dengan nilai jual yang tidak murah karena proses pembuatannya. Selain itu, Intan dan Tiya berharap suatu saat nanti mereka juga bisa membuka offline store yang digabung dengan studio sulam. Dengan adanya studio sulam ini, mereka berharap orang-orang tidak perlu lagi menunggu event workshop menyulam terlebih dahulu untuk bisa belajar tentang sulam.
Tips dan Trik untuk Calon Perintis Bisnis
Meskipun menganggap bahwa perjalanan 5 tahun mereka saat ini masih dalam proses merintis, namun Intan dan Tiya juga membagikan beberapa hal penting yang harus dipersiapkan para calon pebisnis. Pertama, pastinya adalah niat, jika punya niat yang kuat, maka biasanya pasti bisa mengeluarkan usaha yang lebih untuk memulai bisnis. Kedua, modal usaha, tidak penting nominalnya berada, namun selagi ada modal maka bisa dimulai dari skala kecil terlebih dahulu. Intan dan Tiya juga bercerita bahwa mereka dulunya juga memulai Bytaraxa dengan modal Rp100 ribu saja.
Ketiga, konsisten jadi kunci agar bisnis bisa bertahan. Bagi Intan, seperti salah satu lirik lagu Hindia, “bayangkan jika kita tidak menyerah”, masa-masa awal berbisnis memang penuh tantangan, belum lagi bahkan penjual kadang tidak meraih keuntungan karena dananya harus diputar berkali-kali untuk stok produk. Namun, seiring dilalui, jika tidak menyerah, fase tersebut pasti akan berlalu hingga keuangan bisnis jadi lebih stabil dan membuahkan hasil. Selain itu, Intan dan Tiya juga berpesan bagi calon pebisnis untuk bisa mencintai apa yang mereka kerjakan. Sebab, ketika merasa senang dengan bisnis tersebut, segala lika-liku bisnis pasti akan terlewati dengan baik.
Untuk selengkapnya terkait berkolaborasi dengan kami, silahkan kunjungi: https://evermos.id/kontak/










