Java Seven adalah brand asal Bandung yang didirikan oleh Roni Irawan pada tahun 2006. Namun, jauh sebelum tercetusnya nama Java Seven, brand yang awalnya fokus memproduksi sepatu kulit ini diberi nama BSM yang merupakan kepanjangan dari Barokah Serta Mashalahat.
Berbisnis dari 2006 hingga 2025 ini bukanlah perjalanan yang singkat dan mudah. Lika liku ini digambarkan Roni melalui kisahnya kepada tim Evermos. Mulai dari merintis usaha, mengembangkan produk, berada di puncak sukses, mengalami penurunan penjualan, hingga berusaha bangkit kembali di tengah persaingan pasar yang semakin sengit.
Awal Roni Irawan Merintis Bisnis di Bidang Home Industry
Roni Irawan memulai karirnya sebagai pebisnis sejak tahun 2006. Kala itu, musim distro sedang membanjiri permintaan pasar. Melihat peluang yang ada, Roni mendirikan usaha produksi sepatu di Cibaduyut, Bandung dan bekerja sama dengan brand yang cukup besar. Cibaduyut sendiri memang terkenal sebagai daerah pengrajin sepatu, khususnya sepatu kulit. Seiring dengan berkembangnya usaha tersebut, Roni mulai membuat brand pertamanya yaitu BSM Soga dari hasil kolaborasi brand BSM miliknya, dan brand Soga.
Terbentuknya Java Seven dan Jualan dengan Sistem Katalog
Selang dua tahun berjalan, Roni melihat permintaan pasar bukan cuma dari produk sepatu saja, melainkan juga produk-produk home industry lainnya yang sebagian besar terbuat dari kulit, seperti sandal, tas, dompet, aksesoris wanita dan pria. Selain itu, juga banyak permintaan untuk pakaian muslim, baju kaos, mukena, pakaian anak, dan produk fashion lainnya. Karena itu, akhirnya terbentuklah brand murni dari Roni Irawan, yaitu Java Seven.
Karena saat itu belum ada aplikasi belanja online seperti marketplace, pada tahun 2008 sebagian besar aktivitas jualan Java Seven menggunakan sistem katalog cetak dengan konsep “one stop shopping”. Artinya, dalam satu genggaman (katalog cetak) pelanggan bisa beli berbagai produk yang mereka butuhkan. Katalog cetak ini diberikan kepada para reseller agar promosi yang lebih mudah ke pelanggannya.
Mengalami Puncak Sukses Berbisnis di Tahun 2012
Sejak menggunakan sistem katalog cetak, Java Seven mendapatkan respon yang sangat bagus baik dari reseller maupun dari pelanggan. Di sepanjang tahun 2010 hingga 2012 pendapatan tidak henti-hentinya meningkat. Belum lagi, harga produksi yang stabil dan minim biaya marketing. Roni hanya perlu mengeluarkan modal cukup besar untuk mencetak katalog yang dibagikan gratis ke para reseller. Saat itu jugalah akhirnya dibentuk brand kedua bernama CBR6 yang tokonya berdiri di Cibaduyut. Selain itu, karena keuangan yang makin stabil, Roni memutuskan untuk membeli bangunan dan properti untuk bisnisnya.
Bisnis Mulai Merosot Akibat Perubahan ke Pasar Digital
Meskipun sedang berada di puncak sukses, namun yang namanya bisnis kadang bisa berputar secara tak terduga. Sempat berjaya hingga tahun 2017, Roni Irawan mulai merasa bisnisnya mengalami kemerosotan penjualan pada tahun 2018. Ini bermula dari mulai terkenalnya aplikasi belanja online dan pelanggan yang beralih ke marketplace. Sehingga, penjualan dari katalog mulai menurun dari biasanya. Meskipun turut menjajaki bisnis online di salah satu marketplace dan sempat berada di kondisi penjualan yang bagus, namun kondisi ini juga tak bertahan lama, sebab marketplace tersebut kemudian berhenti beroperasi.
Roni Irawan merasa salah satu penyebab kedua brandnya, Java Seven dan CBR6, tidak menang di pasar digital adalah karena kompetisi yang begitu sengit. Ditambah lagi, menurutnya toko online butuh biaya operasional yang tidak sedikit untuk pasang iklan berbayar yang belum tentu balik modal. Sedangkan saat berjualan dengan sistem katalog, biaya operasional cukup jelas dan terarah. Di tengah kesulitan tersebut, bisnis Roni Irawan semakin menurun lagi akibat pandemi Covid-19 di tahun 2019 hingga 2020.
Bangkit dengan Membuat Berbagai Inovasi Baru
Roni Irawan memahami bahwa bisnisnya tidak bisa dibiarkan berlama-lama di kondisi terpuruk. Ia kemudian membuat terobosan baru dengan transformasi dari konsep bisnis one stop shopping menjadi bisnis yang tersegmentasi. Jika dulunya seluruh produk ada di satu katalog cetak, kini Roni mulai memfokusnya kategori produk untuk masing-masing brand. Mulai dari Java Seven yang khusus menjual pakaian, CBR6 yang khusus menjual alas kaki, alat savety, hingga sepatu PDL, dan brand lain yang khusus menjual produk wanita.
Selain itu, Roni Irawan juga memutuskan untuk menjadi supplier produk sepatu di Evermos. Meskipun Java Seven dan beberapa brand lain belum sepenuhnya bisa kembali berjaya seperti pada tahun 2012 hingga 2017 dulu, namun bisnisnya mulai bisa bangkit kembali secara perlahan hingga tahun 2025 ini.
Tips dari Roni Irawan untuk Para Calon Pebisnis
Dari perjalanan bisnis yang naik turun dan penuh rintangan, Roni Irawan turut membagikan tips untuk para calon pebisnis yang mau mulai merintis bisnis. Menurutnya, untuk menjalankan bisnis lakukanlah sebisa dan semampu kita. Hindari berspekulasi berlebihan dalam berbisnis, apalagi jika modalnya cukup terbatas. Sebab, meskipun berspekulasi bisa memberikan keuntungan, namun ia juga bisa jadi boomerang untuk keberlangsungan bisnis.
Selain itu, bagi Roni bisnis yang berputar adalah risiko yang harus dihadapi seorang pebisnis. Memang ada kalanya di atas, namun juga bisa di bawah dan butuh perjuangan besar untuk bangkit. Namun, jika pebisnis punya keyakinan tinggi dan bisa berinovasi untuk mencari solusi, Roni yakin bahwa akan selalu ada kemudahan lagi dan lagi.









