Hadis ke-22:
وَعَنِ ابْنِ عُمَرَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمَا قَالَ: ابْتَعْتُ زَيْتًا فِي السُّوقِ، فَلَمَّا اسْتَوْجَبْتُهُ لَقِيَنِي رَجُلٌ فَأَعْطَانِي بِهِ رِبْحًا حَسَنًا، فَأَرَدْتُ أَنْ أَضْرِبَ عَلَى يَدِ الرَّجُلِ، فَأَخَذَ رَجُلٌ مِنْ خَلْفِي بِذِرَاعِي، فَالْتَفَتُّ، فَإِذَا هُوَ زَيْدُ بْنُ ثَابِتٍ، فَقَالَ: لَا تَبِعْهُ حَيْثُ ابْتَعْتَهُ حَتَّى تَحُوزَهُ إِلَى رَحْلِكَ، فَإِنَّ رَسُولَ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – نَهَى أَنْ تُبَاعَ السِّلَعُ حَيْثُ تُبْتَاعُ، حَتَّى يَحُوزَهَا التُّجَّارُ إِلَى رِحَالِهِمْ. رَوَاهُ أَحْمَدُ وَأَبُو دَاوُدَ وَاللَّفْظُ لَهُ وَصَحَّحَهُ ابْنُ حِبَّانَ وَالْحَاكِمُ
Dari Ibn ‘Umar (radhiyallahu ‘anhu), beliau berkata, “Aku pernah membeli minyak di pasar. Ketika minyak itu telah menjadi milikku, aku bertemu dengan seseorang yang akan membelinya dengan keuntungan yang bagus. Ketika aku hendak mengiyakan tawaran orang tersebut, ada seseorang yang memegang lenganku dari belakang. Aku pun menolah dan ternyata ia adalah Zaid bin Tsabit. Dia berkata, ‘Jangan menjual di tempat engkau membeli, sampai engkau membawanya ke tempatmu. Sebab Rasulullah (shallallahu ‘alaihi wa sallam) melarang menjual barang di tempat barang itu dibeli sampai para pedagang membawanya ke tempat mereka.” [Riwayat Ahmad serta Abu Dawud dengan redaksi di atas, serta disahihkan oleh Ibn Hibban dan al-Hakim]
Autentikasi Riwayat:
Syaikh Mahir al-Fahl menilai hadis ini berstatus hasan. Begitu pula halnya dengan penilaian Syaikh Sa’d asy-Syatsri.
Faidah dan Penjelasan Matan:
Di antara tradisi pada masa itu penyempurnaan akad dilakukan dengan cara memukul atau menepuk tangan mitra transaksi.
Syaikh Sa’d asy-Syatsri menjelaskan bahwa di antara faidah hadis ini adalah bolehnya melakukan tepukan tangan (tashfiq) yang sejalan dengan tradisi, sebagaimana yang dilakukan oleh orang Arab dahulu ketika melangsungkan jual-beli.[1]
Esensi dari hadis ini sejalan dengan pembahasan hadis sebelumnya, yaitu terkait larangan menjual barang sebelum qabdh (dikuasai), di mana di antara bentuk qabdh adalah dengan memindahkan barang tersebut dari lapak penjual ke tempat pembeli.
Allahu a’lam.
Footnote:
[1] Lihat: Syarh Bulugh al-Maram, Syaikh Sa’d asy-Syatsri, vol. II, hlm. 296.