Awal Perjalanan: Rasa Ingin Tahu yang Membawa Lebih Jauh
Ketertarikan Elvari Aghnizm Satrio Hutomo atau yang akrab disapa Fafa terhadap dunia kopi tidak datang secara instan. Semuanya bermula dari kebun kopi milik orang tuanya di Pangalengan. Saat masih kuliah, ia mengambil pekerjaan paruh waktu di sebuah coffee shop kecil. Di sanalah Fafa menemukan bahwa setiap kopi memiliki karakter rasa yang unik tergantung dari asal dan prosesnya. Hal ini menumbuhkan rasa ingin tahu yang besar, hingga mendorongnya mengambil berbagai sertifikasi dan memperdalam ilmunya secara otodidak melalui buku dan YouTube.
Pandemi COVID-19 menjadi titik balik penting. Saat kedai tempat ia bekerja harus tutup, Fafa kembali ke Pangalengan dan terjun langsung dalam proses pascapanen kopi. Dari situlah ia mulai bereksperimen dengan roasting, belajar dari nol, dan memanfaatkan setiap kesempatan untuk menyempurnakan prosesnya meski harus menelan banyak kegagalan di awal.

Lahirnya Flood Coffee Roastery
Setelah ratusan kilo kopi diujicoba dan diasah, Flood Coffee Roastery resmi berdiri pada Oktober 2020. Bermula dari sistem maklun dan penjualan white label, Fafa terus menjelajah komunitas dan membangun jaringan lewat social proof. Respon positif dari pelaku industri dan penikmat kopi mendorongnya meresmikan brand sendiri.
Flood Coffee Roastery memilih jalur berbeda: menyasar Gen Z dengan profil rasa kopi yang fruity, fermentasi ringan, dan aromatik, lebih mudah diterima oleh penikmat kopi pemula maupun yang mencari pengalaman baru. Konsistensi rasa, pendekatan branding yang kekinian, dan eksplorasi origin kopi menjadi kekuatan utama brand ini.
Dampak Nyata di Hulu dan Hilir
Flood tidak hanya fokus pada kualitas biji kopi, tetapi juga hubungan erat dengan petani di berbagai wilayah Jawa Barat dari Pangalengan, Kamojang, hingga Majalaya. Fafa tidak sekadar membeli hasil panen, ia juga menjadi mitra diskusi bagi petani, terutama dalam hal teknik fermentasi dan pengolahan.
Ia memahami bahwa perubahan iklim dan minimnya akses informasi menjadi tantangan bagi petani. Lewat pendekatan edukatif dan solutif, Fafa membantu mereka memahami perbedaan antara fermentasi dan pembusukan, memilih metode pengeringan yang tepat, hingga mengenal karakter varietas yang mereka tanam. Semua itu dilakukan bukan dengan menggurui, tapi dengan prinsip saling belajar dan saling percaya.
Di sisi hilir, Fafa juga melibatkan ibu-ibu rumah tangga di lingkungan tempat produksinya. Mereka diberdayakan untuk membantu proses sortir dan pengemasan saat permintaan sedang tinggi. Bentuk kontribusi sederhana yang berdampak langsung pada ekonomi sekitar.

Bertahan, Bangkit, dan Terus Tumbuh
Seperti UMKM lainnya, Flood Coffee Roastery juga menghadapi masa sulit. Di awal tahun 2025, daya beli konsumen menurun drastis, diperparah dengan cuaca ekstrem yang memengaruhi pengiriman dan operasional. Namun alih-alih memangkas SDM, Fafa memilih efisiensi di sisi lain dan memanfaatkan waktu luang untuk memperkuat strategi pemasaran.
Mulai dari pembuatan brand guideline, penguatan komunitas, hingga keikutsertaan dalam berbagai aktivasi kopi, semua dilakukan demi memperluas jangkauan brand. Meski hasilnya tidak instan, Fafa percaya bahwa relasi dan reputasi yang dibangun perlahan akan membuka banyak pintu di masa depan.
Mimpi yang Tetap Diseduh Hangat
Ke depan, Fafa berharap Flood Coffee Roastery bisa terus stabil dan tumbuh bersama orang-orang di sekitarnya. Ia ingin membangun tim yang solid dan kompeten, sambil terus mengembangkan diri. Cita-citanya sederhana tapi kuat: belajar lebih banyak lagi bahkan ke luar negeri jika ada kesempatan dan kembali ke Indonesia untuk turut memajukan ekosistem kopi spesialti dalam negeri.
 
								









