Di tengah era transformasi digital, area pedesaan Indonesia menunjukkan potensi ekonomi yang masih sangat besar. Menurut Kemendagri dan BPS, 91% wilayah Indonesia merupakan wilayah desa serta 43% masyarakat Indonesia tinggal di pedesaan. Dari 75.000 desa yang ada di Indonesia, lebih dari 30% di antaranya sudah memiliki produk unggulan. Menyambut potensi ini, Evermos, platform social commerce asal Bandung, meluncurkan program digitalisasi ekonomi digital dari pelosok atau pedesaan yang dinamai Desa Evermos.
Peran Desa Evermos dalam Ekonomi Digital
Kehadiran teknologi digital commerce seperti Evermos di daerah pedesaan dapat menjadi pemicu siklus kebaikan dan mendorong pembangunan ekonomi inklusif. Produk-produk UMKM lokal desa bisa memanfaatkan teknologi tersebut untuk bersaing secara lebih luas dan meningkatkan pendapatan masyarakat desa. Seiring dengan bertambahnya pendapatan, masyarakat desa pun lebih mudah memenuhi kebutuhan mereka yang tidak tersedia di toko-toko lokal dengan menggunakan teknologi yang sama. Hal ini pun membuka kesempatan berwirausaha bagi sebagian lainnya untuk menjual kembali (sebagai reseller) produk yang mereka dapatkan dari luar desa, sehingga kemudian semakin mengurangi angka pengangguran desa.
Chief of Sustainability Evermos, Iqbal Muslimin menyatakan, “Evermos lahir dengan semangat ekonomi gotong royong. Kami percaya bahwa semua orang seharusnya punya kesempatan yang sama untuk mencapai kesejahteraan, tidak terkecuali masyarakat di pelosok. Dengan kehadiran Desa Evermos di pelosok-pelosok, produk-produk UMKM lokal desa dapat memanfaatkan teknologi social commerce untuk mempromosikan produknya secara nasional dibantu oleh ratusan ribu reseller di Indonesia. Masyarakat pedesaan yang menjadi reseller pun penghasilannya bertambah. Wirausaha digital tidak hanya muncul di kota, masyarakat desa juga bisa. Jadi ekonomi kita bisa lebih inklusif.”
Aspek Penting dalam Program Desa Evermos
Dalam fase peluncuran awal program, Desa Evermos memberikan dukungan kepada masyarakat desa dengan mencakup 3 aspek. Pertama, masyarakat mendapat pelatihan perniagaan melalui teknologi digital sehingga lebih yakin dan merasa aman untuk menggunakannya. Kedua, masyarakat yang ingin mencari pemasukan tambahan memperoleh pemberdayaan, seperti pelatihan kewirausahaan dan komunitas belajar bisnis, sehingga bisa memulai wirausaha dengan lebih mudah, cukup bermodalkan HP. Ketiga, UMKM-UMKM desa menerima akses ekosistem teknologi Evermos yang mencakup logistik hingga saluran penjualan kepada UMKM desa melalui 500.000 reseller yang tersebar di seluruh Indonesia. “Enaknya di Evermos, berbeda dengan marketplace lain, Evermos itu punya komunitas (reseller). Sehingga produk kami dari UMKM bisa dipromosikan dengan sendirinya.” kata Yosis Salman perwakilan SheLemon, sebuah UMKM yang bergabung dengan Evermos.
“Setelah sukses di 4 desa untuk peluncuran awal program, kita akan mereplikasi program desa ke berbagai pelosok di Indonesia. Dengan pendekatan kita yang melokal untuk melakukan penetrasi teknologi ke desa, antusiasme dan semangat masyarakat desa sangatlah tinggi.” Imbuh Iqbal. Desa Evermos telah memberdayakan lebih dari 250 penduduk di 4 desa di Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat.
Kabupaten tersebut memiliki Indeks Pembangunan Ekonomi Inklusif yang terendah di Provinsi Jawa Barat. Dengan demikian keberhasilan Desa Evermos di kabupaten ini sangat mungkin dicapai di desa-desa lainnya. Upaya ini sejalan dengan riset Alpha JWC Ventures dan Kearney yang bertajuk “Unlocking Next Wave of Digital Growth: Beyond Metropolitan Indonesia” tahun 2021, yang memprediksi bahwa ekonomi digital Indonesia akan ditopang oleh konsumen di pedesaan, bahkan mengalami pertumbuhan signifikan hingga tiga kali lipat sampai dengan tahun 2025.
Sekian informasi yang dapat kami sajikan mengenai ekonomi digital dari pelosok. Untuk membaca informasi menarik lainnya, jangan lupa untuk mengunjungi situs Impact.