Fitrias Rahayu, atau kerap disapa Tyas, memulai perjalanan suksesnya mengembangkan Tufine sebagai bisnis ramah lingkungan melalui berjualan jilbab online. Meski sempat bekerja di lingkungan perkantoran, namun Tyas merasa kurang cocok dan memilih melanjutkan usahanya. Bisnis yang ia beri nama Tufine ini kemudian secara konsisten menjadi brand fashion muslim eco-friendly, seiring munculnya kesadaran terhadap isu lingkungan.
Tyas ingin bisnisnya bukan hanya berfokus untuk meraih keuntungan, namun juga memberi banyak dampak, baik itu terhadap lingkungan, pemberdayaan masyarakat, kepuasan customer, kesejahteraan tim, bahkan juga kesehatan bumi. Keinginan ini Tyas praktikkan melalui proses Tufine yang ramah lingkungan, meminimalkan penggunaan plastik, dan memberdayakan masyarakat sekitar untuk mengolah limbah agar tidak mencemari lingkungan.
Awal Mula Merintis Tufine Sebagai Brand Fashion Muslim Eco-Friendly
Perjalanan Tyas di dunia bisnis ramah lingkungan berawal dari masa transisi lulus kuliah dan mencari pekerjaan. Karena belum memiliki penghasilan dan sungkan meminta uang ke orang tua, akhirnya Tyas memberikan diri untuk berjualan jilbab sebagai usaha sampingan. Saat itu, ia belum berekspetasi untuk menjadi pengusaha, namun setelah mencoba bekerja di lingkungan perkantoran dan merasa kurang cocok, ia memutuskan resign dan fokus berbisnis pada tahun 2018.
Nama Tufine terinspirasi dari nama ibu, adik, dan Tyas sendiri yang bisa juga dibaca To Fine yang berarti lebih baik atau berproses. Tyas ingin, konsep Tufine adalah berproses menjadi lebih baik, baik sumber daya manusia maupun produknya. Tercetusnya ide Tufine menjadi brand eco-friendly juga tak lepas dari proses Tyas sendiri selaku owner. Ia ingin, Tufine sebagai brand yang cukup besar turut memiliki andil terhadap isu-isu lingkungan yang beredar. Lalu, terbentuklah Tufine sebagai i muslim ramah lingkungan atau dikenal eco-friendly moslemwear.
Tantangan Sebagai Womenpreneur Sekaligus Ibu Rumah Tangga
Tyas sebagai womenpreneur dan ibu rumah tangga turut merasakan tantangan selama menjalankan perannya, salah satunya manajemen waktu. Menurut Tyas, sebelum menikah perempuan mungkin bisa berkarir tanpa ada batasan waktu, tapi setelah menikah, skala prioritas perempuan berubah karena adanya tanggung jawab sebagai istri dan ibu. Selain itu, Tyas juga harus berusaha untuk terus beradaptasi dan menempatkan segala sesuatu sesuai prioritas dan porsinya dengan baik.
Menurut Tyas, jangan sampai perempuan kehilangan jati dirinya meski telah menjadi istri dan ibu. Perempuan memiliki banyak kesempatan dan cara untuk bisa menemukan dirinya menjadi lebih baik sebagai ibu, istri, dan entrepreneur. Menurutnya, tidak ada halangan bagi perempuan untuk tetap produktif dan menemukan value dalam dirinya. Hanya saja terkadang harus sabar dalam prosesnya atau perlu menunggu waktu yang tepat. “Saya yakin, setiap perempuan memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang, improve diri jadi lebih baik, dan pastinya bisa saling menginspirasi untuk perempuan lainnya”, ungkap Tyas.
Komitmen Menjaga Kepercayaan Pelanggan Tufine
Selaku owner, Tyas ingin Tufine dapat memberikan yang terbaik untuk customer-nya. Salah satunya dengan sistem garansi berupa retur jika produk tidak sesuai ekspektasi pembeli. Ia menyadari bahwa bisnis online, ibaratnya menjual gambar, sehingga memberikan kesempatan retur apabila produk tidak sesuai ekspektasi customer dan uang mereka akan kembali. Tyas meyakini produk Tufine bagus dan berkualitas sehingga yakin customer akan menyukai produk mereka.
Menyadari bahwa Tufine bertahan berkat pelanggan, Tyas selalu terbuka dengan kritik dan saran dari pelanggannya. Bahkan bersama Tufine, Tyas kerap mengadakan gathering, pengajian, dan memberikan benefit tertentu kepada para pelanggan yang loyal serta sering memberikan feedback berupa kritik dan saran. Melalui kegiatan ini, harapannya Tufine beserta semua orang yang terlibat bisa menjadi lebih baik dan berkembang.
Brand Tufine: Bisnis Ramah Lingkungan dan Pemberdayaan Masyarakat
Sebagai owner, prinsip bisnis ramah lingkungan selalu dibawa oleh Tyas pada setiap proses di Tufine, mulai dari pemilihan bahan hingga pengelolaan limbah. Kontribusi Tufine terhadap pemberdayaan masyarakat juga dilakukan melalui kerja sama dengan warga sekitar untuk mengelola limba menjadi karya seperti keset atau kain lap. Selain itu, ia juga berusaha agar plasticless atau setidaknya meminimalkan penggunaan plastik sebagai upaya mencegah meningkatnya limbah plastik. Melalui aksi ini, Tyas berharap masyarakat sekitar bisa lebih produktif, limbah bernilai ekonomis, dan menjaga keselamatan lingkungan dengan mencegah penumpukan limbah produksi dan plastik.
Tyas juga mengungkapkan keinginannya, “Kami ingin customer bukan hanya beli baju tetapi juga mengajak customer untuk menjaga lingkungan. Tanpa customer sadari, dengan membeli baju karena cantik, mereka telah menyelamatkan lingkungan. Kami juga bekerja sama dengan komunitas dan organisasi untuk menyebarkan campaign kecil ‘Beli satu baju berarti juga menanam satu pohon. Harapannya, campaign kecil ini bisa dilakukan secara konsisten dan bersama-sama, sehingga dapat memberi dampak besar untuk kedepannya.”
Strategi Menjaga Ekosistem Tufine yang Sebagian Besar Perempuan
Sebagian besar karyawan Tufine adalah perempuan, sehingga Tyas memberikan kesempatan karyawan Tufine untuk bisa bekerja dari mana pun. Langkah ini sebagai bentuk dukungan untuk semua perempuan tetap produktif terutama ibu-ibu yang harus bekerja dan menjaga anak. Selain itu, Tyas juga menekankan budaya belajar untuk seluruh ekosistem Tufine. Bahkan, ia mewajibkan karyawan untuk rajin baca buku dan memfasilitasi mereka untuk belajar apapun yang mereka inginkan. Budaya belajar juga ia tularkan untuk para customer melalui edukasi dan open sharing di media sosial.
Tyas juga sangat penduli terhadap mental health sehingga berusaha untuk memberikan asas keterbukaan untuk para karyawan. Ia berharap, karyawan bekerja dengan bahagia, tanpa merasa terbebani, dan ingin semuanya menjadi lebih baik. Tyas berusaha menerapkan prinsip work life balance, dengan sering mengadakan acara gathering, pengajian, kelas, dan open sharing sehingga mereka bisa saling berdiskusi dan belajar bersama.
Harapan Fitrias Rahayu Sebagai Owner Tufine
Tyas ingin Tufine dilihat dunia sebagai brand yang memberikan dampak. Ia ingin Tufine tidak hanya berfokus terhadap penjualan dan keuntungan, tetapi sebisa mungkin bisa lebih baik dan memberikan dampak. Bahkan, Tufine memiliki hashtag ‘Menjadi lebih baik’ dan tagline ‘Your beginning class’. Sesuai konsep Tufine, Tyas ingin Tufine maupun orang yang terlibat di dalamnya selalu berusaha menjadi lebih baik, dari segi kualitas, produk, dan dampaknya untuk lingkungan.
Fitrias Rahayu adalah satu dari banyak pemilik brand lokal yang berbagi kisah mereka dalam merintis bisnis. Untuk tahu kisah inspiratif dari para pemilik brand lainnya, mari simak di Evermos Impact.